ILMU YANG MENJADI TUJUAN

Malik rahimahullah mengatakan,

“Ilmu bukanlah banyaknya riwayat (semisal hafalan -pent), akan tetapi ilmu adalah cahaya yang Allah tempatkan di hati seseorang.”

Muhammad ibn Rusyd rahimahullah mengatakan,

“Cahaya yang Allah tempatkan di hati tersebut adalah pemahaman yang menjadikan jelas makna-makna sehingga dia memahami apa yang dia bawa/pikul/hafal. Maka Allah samakan hal itu dengan cahaya dimana itu sinar yang bisa menyingkap kegelapan.

Maka barang siapa tidak memiliki cahaya, maka kedudukannya seperti keledai yang membawa banyak riwayat dan membawa buku-buku. Barang siapa Allah kehendaki kebaikan Allah akan berikan cahaya tersebut.”

📝 Asal ilmu adalah ilmu batin, ilmu yang ada di hati, itulah ilmu yang bermanfaat. Dia adalah makrifatullah yang mewajibkan seseorang menjadi takut, cinta, tunduk, mengagungkan, membersamai dan rindu untuk bertemu Allah.

Dan ilmu itu ada yang menjadi ghayah (tujuan) dan ada yang menjadi wasilah (perantara).

Ibnul Qoyyim rahimahullah mengatakan,

فليس العلمُ كلُّه وسيلةً مرادةً لغيرها؛ فإنَّ العلمَ بالله وأسمائه وصفاته هو أشرفُ العلوم على الإطلاق، وهو مطلوبٌ لنفسه مرادٌ لذاته.

“Maka tidak setiap ilmu itu sebagai sarana/perantara, dimana yang diinginkan adalah selainnya. Karena sesungguhnya ilmu tentang Allah, nama-nama-Nya, sifat-sifat-Nya dia adalah semulia-mulianya ilmu secara mutlak, dan ilmu tersebut dituntut secara dzatnya, yang diinginkan sebagai tujuan.

Beliau rahimahullah menambahkan,

فالعلمُ الذي هو وسيلةٌ إلى العمل فقط إذا تجرَّدَ عن العمل لم ينتفع به صاحبُه؛ فالعملُ أشرفُ منه

“Adapun ilmu yang hanya menjadi sarana/perantara kepada amal, jika ternyata dia tidak berbuah amal, maka dia tidak bermanfaat untuk pemiliknya, dan amal lebih utama dari ilmu tersebut.”

Ilmu itu tujuannya mengena ke hatimu, bukan hanya berada di kepalamu

Penulis : Ustadz Abu Saleemah

Leave a Reply