📝 Penghujung Ramadhan telah tiba, yang mana dia merupakan inti dan puncaknya, dan seseorang dilihat dari akhir penutupnya. Maka pahami benar-benar keagungan waktu mulia yang Allah berikan sebagai karunia.
Diantara poin penting i’tikaf
▫️Hakikat i’tikaf adalah
قطعُ العلائق عن الخلائقِ للاتصال بخدمة الخالق
“Memutus hubungan terhadap makhluk untuk terus menerus berkhidmat kepada Pencipta makhluk.” (Ibn Rajab rahimahullah)
▫️Itulah rahasia dan puncak i’tikaf, berkhalwat, mengosongkan hati memfokuskannya untuk Allah. Seakan orang ini sedang mengetuk pintu dan tidak akan pulang sebelum dibukakan pintu.
كما قال عطاء: «مثل المعتكِف كرجل له حاجة إلى عظيم، فجلس على بابه، يقول: لا أبرح حتى تقضي حاجتي، وكذلك المعتكِف يجلس في بيتِ الله يقول: لا أبرح حتى يُغفر لي
Sebagaimana kata Atha’ _rahimahullah_, “Permisalan orang yang i’tikaf adalah seperti orang yang memiliki hajat kepada seseorang yang agung, maka dia duduk di depan pintunya, sembari berazam, “Aku tidak akan pulang sebelum selesai hajatku.” Begitu juga orang ini duduk di rumah Allah mengatakan, “Aku tidak akan pergi sampai aku diampuni.”
▫️Maka orang yang paling menang beri’tikaf adalah orang yang paling sabar dan fokus menyibukkan diri dengan Allah saja, di bawahnya adalah orang yang menyedikitkan urusan manusia serendah-rendahnya. Sedangkan sisanya hendaknya dirinya menata ulang niatnya.
▫️Jika demikian perkaranya diantara hal yang bisa dioptimalkan adalah
▪️Tidak membawa fitnah penghalang semisal anak-anak yang relatif menuntut pulang sebelum hajat terselesaikan, kecuali anak tersebut mampu diarahkan.
▪️Mengurangi segala hal yang bisa mengurangi pengabdian kepada Allah, menyibukkan hati, menyita waktu dan tenaga. Semisal makan berlebihan, bicara/berkumpul tidak perlu dengan teman, mematikan ponsel atau tidak membawanya sekalian, mengurangi kenyamanan.
▪️Menyiapkan hal yang bisa mensukseskan hal itu. Semisal menjaga tidur siang, suplemen vitamin, jaket pelindung dingin, kopi jika mampu, tentu saja sudah sangat pantas untuk meliburkan pekerjaan jika memang memungkinkan.
▪️Agar i’tikaf mengalami progress kenaikan, cobalah secara bertahap beribadah yang lebih kuat mencontoh sunnah Nabi shallallahu alaihi wa sallam, semisal
– Sholat satu rakaat satu halaman, jika sudah terbiasa jadi satu rakaat dua halaman, kemudian tiga halaman, empat halaman dst.
Bisa dibantu dengan membaca lewat mushaf.
Jika jasad sudah melemah tapi qolbu masih kuat, bisa sholat dengan duduk.
– Panjangkan rukuk, i’tidal, sujud, duduk antara dua sujudnya. Ulangi secara perlahan dzikirnya, rasakan hajat akan hal itu, renungi dan pelajari maknanya, lantukan lirih dengan qolbu, selami keagungan berbagai macam lafal dzikirnya. Ibnul Qoyyim menjelaskan bahwa di setiap posisi rukun ada dzauq nya (rasa) tersendiri sebagai nutrisi hati. Merasakan orang yang merasakannya.
– Sebelum salam, perbanyak doa yang dibutuhkan, doa laksana senjata, minim doa maka minim kekuatannya. Sadari kelemahan diri yang senantiasa butuh Allah untuk mencukupi, panjatkan doa yang sesuai dibutuhkan; agar kuat beribadah, agar ikhlas, agar hatinya bersih, agar dipermudah, agar ditambah ilmu dan amal, agar ditutup kehidupan dengan kebaikan. Jangan terburu-buru menyelesaikan dan membiasakan pengurangan.
– Rendahkan kepalamu, sabar dalam menghinakan dirimu, agungkan, sucikan, dan puji setinggi-tingginya Rabbmu. Rasakan seakan engkau katakan, “Saya tidak akan mengangkat kepala Ya Rabb sebelum Engkau perkenankan.”
▪️Jika hal ini sering dilakukan niscaya sholat malam setelahnya akan terasa naik kualitasnya, yang dahulu akan terasa kurang baiknya, apalagi jika melihat sholat Nabi akan terasa masih main-mainnya. Akhirnya Ramadhan tahun berikutnya tidak ingin untuk bertindak sama.
▪️Tidak perlu dengan pertanyaan lagi mana malam ganjil dan mana genap. Orang yang cintanya sejati pada Allah tidak mengenal waktu dalam beribadah, setiap nafasnya dia maximalkan untuk meraih keridhoan Allah.
Jangan sampai Allah melihat qolbu hamba yang berhajat setengah-setengah pada Allah, seakan dia ingin katakan rahmati aku hari ini dan besok sedang saja rahmatnya, ampuni aku besok, hari ini ampuni biasa saja.
Mudah-mudahan Allah ampuni saya dan hamba ini.
▫️Selalu pasang niat dan tata niat dengan benar, karena niat lebih menyampaikan daripada amal. Awal yang baik dan benar kunci mendapatkan akhir yang baik dan benar pula.
▪️Banyak berlindung kepada Allah atas gangguan setan dan nafsu serta senantiasa meminta pertolongan.
Wallahu a’lam
Penulis : Ust. Abu Saleemah